perjalanan bima ke surga

saya mencari di internet dengan alamat : http://swargabhima.blogspot.com/

BHIMA SWARGA

Perjalanan Spiritual Bhima ke Swargaloka

       Alkisah, Dewi Kunti bermimpi didatangi atma Pandu dan Dewi Madri. Mereka meminta tolong agar dibebaskan dari siksa api neraka. Kunti menyampaikan mimpi itu kepada anak-anaknya, dan diputuskan agar Bhima menyambangi ke swargaloka .
       Purnama ,dalam suatu prosesi yang hening, perjalanan Bhima dimulai. Bhima diiringi dua abdinya Merdah dan Twalen melesat ke langit. Diangkasa, setelah melalui marga sanga (Sembilan persimpangan jalan) disanalah swarga loka berada, di bumi antah karana, di bumi yang menyebabkan sebab segala sebab. Dari Sembilan jalan di persimpangan tersebut empat jalan yang benar-benar menuju swarga loka. Sampai di tegal panangsaran (kuburan maha luas) tempat para roh menunggu giliran menghadap Bhatara Yama untuk menentukan apakah sang roh harus masuk surga atau ke neraka. Dalam penantian itu para roh menerima hukuman sesuai karma-nya. Ada yang disebut atma lara (atma yang sengsara), atma drwaka (atma yang serakah), atma sangsaya (atma yang senantiasa curiga), atma babotoh (atma penjudi), dan sebagainya.
       Inilah perjalanan spiritual Bhima, yang memberikan pengalaman bathin tentang pelaksanaan sanksi bagi para atma sesuai perbuatannya yang dilakukan saat menghuni raga manusia di mayapada.
       Pertama-tama mereka melihat Bhuta Tot-tog Sil, babutan (makhluk angkara) dengan wujud mata yang besar menghakimi atma tattwa (atma yang menyalah gunakan pengetahuan tattwa) dan atma curiga (atama yang penuh curiga, mencurigai yang tidak patut di curigai).
       Disebelahnya, Bhuta Naya (raksasa yang kadang tampak kadang tak tampak) bersama-sama Bhuta Celeng, babutan berbentuk babi menghukum atma yang sewaktu di mercapada berprilaku buruk, jahat. Tak jauh dari itu, tampak Bhuta Abang, babutan yang berwujud raksasa berkulit merah menyala sedang menggotong atma lengit, atma yang semasa hidupnya malas bekerja akan di cemplungkan ke bejana besar dengan air mendidih yang di sebut gawah gomuka.
       Disebelahnya kanannya dari bejana itu, tampak Sang Bhuta Ireng, babutan berwujud raksasa berkulit hitam bersama Sang Bhuta Prungut, babutan yang bertubuh besar, berkulit hitam dan berwajah angker menggotong atma corah, atma yang semasa hidupnya senantiasa berprilaku buruk untuk dicemplungkan ke kawah gomuka. Semantara itu, Bhuta Ode-ode, babutan yang bertumbuh gemuk dengan kepala plontos meniup api di bawah jambangan kawah sehingga airnya terus mendidih.
       Tidak jauh dari kawah gomuka, Sang Suratma dengan wujud raksasa yang penuh wibawa, penguasa para atman sedang menghukum atmaning usada, karena dulu dukun yang menguasai ilmu pengobatan yang dulu pernah lalai menyembuhkan orang sakit melakukan maal praktek, dan selalu meminta imbalan yang tinggi kepada orang yang diobatinya.
       Disebelahnya Sang Bhuta Wirosa yang berwujud raksasa maha sakti sedang menghukum atma memaling nasi, ini terjadi karena saat di mercapada ia suka mencuri makanan. Karena itu sebaiknya jangan sekali-kali mencuri nasi, seberapapun lapar dirasakan.
       Beberapa depa dari tempat itu, Sang Bhuta Wingkara yang bengis bersama Bhuta Lilipan yang berwujud aneh, memiliki belalai seperti Gajah dan tubuhnya seperti tubuh Singa, mulutya penuh bisa seperti ular sedang menyiksa amating wong aboros (atma yang suka berburu  membunuh binatang yang tidak patut dibunuh.
       Disebelahnya lagi, tampak Sang Bhuta Mandar dan Sang Bhuta Mandir dua raksasa bengis saudara kembar sedang menggregaji kepala atma wong alpaka guru (atma yang tidak melakukan kewajibanya sebagai putra yang baik (suputra) karena melaikan kedua orang tuanya, melaikan kewajibanya).
       Merdah dan Twalen miris hatinya teringat akan kewajibanya kepada orang tuanya yang belum sepenuhnya dilakukan dengan baik.
       Mereka terkejut karena setelah beranjak sedikit saja dari tempat yang satu, dia menemukan kembali Sang Jogor Manik di tempat lain sedang mengadili dua atma yang satu atma kedi dan yang stu lagi atma kliru, yang satu laki-laki seperti perempuan , yangsatu lagi perempuan seperti laki-laki. Tidak jauh dari situ, mereka melihat Sang Jogor Manik sedang menghukum atma angadol prasasti (atma yang menjual prasasti).
       Sedangkan di sebelahnya Bhuta Tog-tog Sil yang matanya besar sedang menyiksa atma angadol prasasti yang lainnya. Berdekatan dari tempat itu, banyak atma yang disebut atma tan pasantana (atma yang tidak punya keturunan) di gantung di pohon bambu.
       Sementara itu, atma nora matatah (atma yang belum melaksanakan upacara potong gigi) sambil menggigit pohon bambu disiksa oleh Bhuta Brungut yang menyeramkan sedang menghunus pedang.
       Beranjak selangkah dari tempat itu, lagi-lagi ditemukan Sang Jogor Manik sedang berhadapan dengan atma aniti karma (atma yang semasa hidupnya sangat ramah tamah dan tidak membanding-bandingkan tamu yang datang kepadanya).
       Di sebelahnya, atma angrawun yang semasa hidupnya meracuni banyak orang sedang diberi makan medang (bulu halus bambu) oleh Bhuta ramya yang suaranya bergemuruh.
       Sedangkan berdekatan dengan itu, Sang Bhuta Edan yang suka mengamuk sedang menyiksa atmaning wong andesti, atma yang semasa hidupnya menggunakan ilmu hitam untuk menyakiti orang lain.
       Disebelahnya lagi, atma wong bengkung yang tidak mau menyusui bayinyasedang di siksa dengan mematukan ular tanah pada puting susunya oleh Bhuta Pretu yang menjerit-jerit memekakkan telinga.
       Ditempat itu pula, Bhuta Janggitan yang menyeramkan sedang menyiksa atma pande corah, atma ahli membuat senjata mungkin bom yang untuk menghancurkan orang lain.
       Selain itu,ada lagi kawah gomuka dengan air mendidih berisi atma yang di rebus karena kesalahannya pada waktu menjelma menjadi manusia, sebagai koruptor, suka menfitnah, maling, madat, narkoba… Tampaknya di neraka yang luas ini tak terhitung jumlah kawah gomuka bertebaran di mana-mana.
       Demikian pula, begitu banyak atma yang bersalah pada masa lalu dihukum sesuai tingkat kesalahanya. Atma jalir, baik laki-laki maupun perempuan yang semasa hidupnyasuka berselingkuh, disiksa oleh Bhuta Lendi Maupun Bhuta Lende dengan membakar kemaluannya.
       Dijumpai pula Sang Jogor Manik yang seram dan menakutkan sedang menguji sang atma putus, yaitu atma yang dalam kehidupan di dunia tiada tercela, selalu berbuat baik dan pandai. Tiada beberapa lama kemudian, sang atma putus diijinkan masuk sorga.
       Sesaat setelah menyaksikan penghukuman para atma sesuai kesalahannya, Bhima menemukan kawah gemuka. Secepat kilat Bhima membalikan kawah untuk menyelamatkan  atma pandu dan dewi madri. Selanjutnya Bhima mencari tirta amerta untuk membebaskan dosa yang membelengu kedua orang tuanya. Setelah diperciki tirta amerta, pandu dan madri berhasil memperoleh kebahagiaan di sorga.


Sumber :
1.      Hinzler, H.1.R.1981. Bhima Swarga in Balinese wayang. The Hague: Martinus Nijhoff
2.      Pucci, Isanna.1992.Bhima Swaega: The Balinese Journey of the Soul.Boston, Toront,London: A Bulfinch Press Book
3.      Gaguritan Bhima Swarga, koleksi Griha Pidada Karangasem dan Yayasan Dharma Sastra






Komentar

Postingan Populer